Pesantren city

alam yang indah akan tercipta dengan hati yang suci

Malin kundang and Summary of Malin kundang


Narrative Text

The telling of a story or an account of a sequence of events. One of the four traditional forms of composition (along with description, exposition, and persuasion). Narration differs from exposition, which can also relate a sequence of events, in that narration need not be factual and may be written from the perspective of a character in the text.
Characters are distinctive personalities who are involved in the events described by the story. Primary characters are the heroes of the story whose actions determine the plot of the story. Secondary characters have supporting roles to provide the main characters with information, material goods, services or whatever is needed in order to advance the plot.

The Myth of Malin Kundang

             A long time ago, in a small village near the beach in West Sumatra, a woman and her son lived. They were Malin Kundang and her mother. Her mother was a single parent because Malin Kundang's father had passed away when he was a baby. Malin Kundang had to live hard with his mother.
             Malin Kundang was a healthy, dilligent, and strong boy. He usually went to sea to catch fish. After getting fish he would bring it to his mother, or sold the caught fish in the town.
            One day, when Malin Kundang was sailing, he saw a merchant's ship which was being raided by a small band of pirates. He helped the merchant. With his brave and power, Malin Kundang defeated the pirates. The merchant was so happy and thanked to him. In return the merchant asked Malin Kundang to sail with him. To get a better life, Malin Kundang agreed. He left his mother alone.
            Many years later, Malin Kundang became wealthy. He had a huge ship and was helped by many ship crews loading trading goods. Perfectly he had a beautiful wife too. When he was sailing his trading journey, his ship landed on a beach near a small village. The villagers recognized him. The news ran fast in the town; “Malin Kundang has become rich and now he is here”.
           An old woman ran to the beach to meet the new rich merchant. She was Malin Kundang’s mother. She wanted to hug him, released her sadness of being lonely after so long time. Unfortunately, when the mother came, Malin Kundang who was in front of his well dressed wife and his ship crews denied meeting that old lonely woman. For three times her mother begged Malin Kundang and for three times he yelled at her. At last Malin Kundang said to her "Enough, old woman! I have never had a mother like you, a dirty and ugly woman!" After that he ordered his crews to set sail. He would leave the old mother again but in that time she was full of both sadness and angriness.
         Finally, enraged, she cursed Malin Kundang that he would turn into a stone if he didn't apologize. Malin Kundang just laughed and really set sail.
In the quiet sea, suddenly a thunderstorm came. His huge ship was wrecked and it was too late for Malin Kundang to apologize. He was thrown by the wave out of his ship. He fell on a small island. It was really too late for him to avoid his curse. Suddenly, he turned into a stone.

              One day, when Malin Kundang was sailing, he saw a merchant's ship which was being raided by a small band of pirates. He helped the merchant. With his brave and power, Malin Kundang defeated the pirates. The merchant was so happy and thanked to him. In return the merchant asked Malin Kundang to sail with him. To get a better life, Malin Kundang agreed. he asked for permission and eventually left his mother
              Many years later, Malin Kundang became wealthy. He had a huge ship and crew assisted. Perfectly he had a beautiful wife too. When he was sailing his trading journey, his ship landed on a beach near a small village. The villagers recognized him. The news ran fast in the town; “Malin Kundang has become rich and now he is here”.   
               An old woman ran to the beach to meet the new rich merchant. She was Malin Kundang’s mother. She wanted to hug him, released her sadness of being lonely after so long time. Unfortunately, when the mother came, Malin Kundang who was in front of his well dressed wife and his ship crews denied meeting that old lonely woman. At last Malin Kundang said to her "Enough, old woman! I have never had a mother like you, a dirty and ugly woman!" After that he ordered his crews to set sail. He would leave the old mother again but in that time she was full of both sadness and angriness.
               Finally, enraged, she cursed Malin Kundang that he would turn into a stone if he didn't apologize. Malin Kundang just laughed and really set sail.In the quiet sea, suddenly a thunderstorm came. His huge ship was wrecked and it was too late for Malin Kundang to apologize. It was really too late for him to avoid his curse. Suddenly, he turned into a stone.

GUNUNG PANDERMAN


              Di Kota Wisata Batu tidak hanya menyediakan wisata rekreasi, tetapi ada juga jalur wisata mendaki Gunung Panderman. Gunung ini sudah amat dikenal hingga ke Negeri Belanda. Maklum nama Panderman diambilkan dari nama orang Belanda Van Der Man yang mengagumi gunung tersebut.
              Untuk mendaki dengan berjalan cepat hingga ke puncak hanya butuh waktu sekitar dua jam. Bagi pemula mungkin antara tiga sampai empat jam. Meski banyak jalan menanjak tetapi jarak dari kaki gunung hingga ke puncak tidak terlalu jauh.
             Jika sampai ke puncak gunung, pendaki bisa menikmati indahnya pemandangan Kota Wisata Batu dan Kota Malang secara lengkap. Jika sampai puncak malam hari, akan terlihat hamparan sinar lampu kerlap kerlip nan mempesona. Dijamin bagi yang sedang berada di puncak tak ingin segera turun.
              Setiap malam minggu dan hari libur banyak sekali wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang camping di lereng-lereng gunung itu. Mereka membawa tenda-tenda kecil untuk pelindung saat tidur.
              Untuk naik gunung ini dari Kota Malang bisa naik bus lalu minta diturunkan di pertigaan Desa Pesanggrahan. Lalu berjalan kira-kira dua kilometer ke arah barat, dari sana suasana pegunungan mulai terasa.
             Kawasan pertama yang akan dilalui jika ingin mendaki adalah kawasan Latar Ombo. Di sini biasa digunakan untuk berkemah sejumlah pendaki. Di sini juga ada sumber air yang jernih yang bisa dipakai cuci muka, mandi kalau mau, dan area di sekitarnya, bisa digunakan untuk memasak bagi pendaki yang akan meneruskan perjalanan naik atau turun. Di pos ini suasananya semakin indah. Gemericik air gunung yang jernih mampu menenangkan hati yang gundah. Sementara, dari situ juga bisa melihat kerlap kerlip sebagian lampu di Kota Wisata Batu. Suara alamnya mampu menggeser bisikan-bisikan setan yang membuat hati gelisah.
             Setelah Latar Ombo, ada pos kedua yang bisa dijadikan istirahat sejenak. Pos itu namanya Watu Gede. Di kawasan ini ada batu besar, dari sini pula bisa menikmati pemandangan di bawah dengan cukup lengkap. Meski belum sampai puncak, pos ini sangat menakjubkan.
             Bagi pendaki yang ingin membawa oleh-oleh bunga Edelweis, bisa mencari di beberapa semak dan lereng. Meski saat ini semakin jarang, bagi yang beruntung masih mungkin mendapatkan bunga keabadian tersebut.

ini adalah pemandangan ketika kita telah sampai di puncak panderman:






Sejarah Dusun Pesantren (Pesantren city)



Pesantren adalah suatu Dusun yang penuh kedamaian dan penuh ketenangan, yang diselubungi oleh alam yang indah dan pemandangan sawah yang asri, disana terdapat banyak sekali santri atau para pemuda pesantren yang padai mengaji dan rajin beribadah. Bukan hanya para pemudanya saja yang padai mengaji tetapi para orang tua atau orang yang tertua yang tak kalah pandainya dengan pemudanya.
Dusun ini dulunya adalah hutan yang lebat dan banyak sekali binatang-binatang buas dan berkat adanya 2 orang yang bernama mbah mertojoyo dan mbah kartopawiro Mereka mengorbankan tenaganya untuk menebang hutan (membabat hutan) yang lebat itu untuk di jadikan tempat tinggal, pada awalnya ditempati beberapa rumah saja tapi lambat laun menjadi banyak rumah, merekalah yang berjasa besar untuk keberadaan dusun pesantren ini, oleh karena itu masyarakat pesantren selalu memperingati hari wafat mereka dangan menggelar syukuran atau yang biasa disebut dengan pesta nyadran tapi tidak hanya itu saja, mereka juga menggelar seni pertunjukkan yang disukai oleh mereka(sesepuh) pada masa mereka(sesepuh) masih hidup. Di masa hidupnya mereka sangat menyukai  pertunjukkan seni wayang, oleh karena itu sampai saat sekarang masyarakat memperingatinya.

Mengapa dusun itu dinamakan Dusun pesantren?


Karena dulu kala di dusun itu terdapat sebuah pondok yang di dirikan oleh kiai munshorif dan kiai itu terkenal tukang santet tenun dan macam-macam. Di pondok tersebut terdapat banyak sekali santri yang mengaji dan sebagian besar santrinya adalah penduduk setempat, Di pondok itulah masyarakat belajar mengaji, dan yang paling mencolok dari kebiasaan atau kegiatan rutinitas masyarakat pesantren yaitu mengaji,mengaji dan mengaji sampai-sampai mereka semua tidak ada yang bekerja, mereka hanya mempemperdalam ilmu agama. Dan mereka hanya mengandalkan panggilan ngaji atau pengajian dari desa tetangga untuk menghidupi keluarganya. Dan banyak sekali tetangga dusun  menyebut daerah tersebut sebagai dusun pesantren karena banyak sekali santri yang ada di sana.



















Apakah dusun itu?



Dalam wilayah desa dapat dibagi atas dusun atau padukuhan , yang merupakan bagian wilayah kerja pemerintahan desa dan ditetapkan dengan peraturan desa.















Santet tenun: yaitu ilmu hitam yang tidak mencederai orang yang dianggap musuhnya.

arti dan makna lambang kediri

I. ISI GAMBAR    
    1. Bintang Sudut Lima
    2. Ganesya Kediri
    3. Gunung Kelud Berapi
    4. Sungai Berantas
    5. Sawah dan Ladang
    6. Padi Sauli dan Bunga Kapas
    7. Langit
    8. Tulisan " Canda Birawa " di atas Pita
II. MAKNA MASING-MASING GAMBAR:
 1.
Bintang sudut lima berwarna kuning adalah lambang  Pancasila ideologi Negara dan Bangsa Indonesia
 2.
Ganesya Kediri berwarna abu-abu berdiri bertangan 4 (empat) memegang bejana (mangkuk) beratribut kapak dan Tasbih, adalah lambang pengetahuan dan kebijaksanaan. Gambar Ganesha ini menjadi tanda pengenal spesifik  daerah Kediri (lihat Ensiklopedia Indonesia FM penerbit W. Van Hoeve, Bandung, halaman 74 dan 525
 3.
Gunung Kelud berapi dan kawahnya berwarna hitam dan merah merupakan lambang jiwa dinamis revolusioner yang  kuat, sentosa dan tak kunjung padam
 4.
Sungai Brantas berwarna biru melambangkan kesuburan daerah
 5.
Ladang dan sawah berwarna hijau dan kuning adalah lambang kemakmuran daerah
 6.
Padi sauli (setangkai) berwarna kuning berbutir 17, bunga kapas berwarna putih berjumlah 8 dengan tangkai  berkelopak 4 dan berbunga 5 helai melambangkan semangat Proklamasi 17 Agustus 1945 dan sandang pangan.
 7.
Langit berwarna biru muda adalah lambang ketentraman dan damai
 8.
Tulisan "Canda Bhirawa" di atas pita putih adalah nama lambang Kabupaten Kediri, bermakna suatu ikatan persatuan  yang suci san tulus ikhlas sari segenap lapisan masyarakat hingga merupakan kekuatan yang berlipat ganda   bersemangat patah tumbuh hilang berganti


http://www.kediri.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=68:lambang&Itemid=179

Sejarah dan Asal Mula Kediri


Aku yang tak bisa..
Aku yang tak berdaya..
Melakukan apa yang mereka lakukan..
Melakukan apa yang mereka ingin kan..

Aku yang tersisih..
Aku yang terbuang..
Mereka yang tak mau melihatku..
Mereka yang tak mau memandangku..

Aku yang tak beruntung..
Aku yang tinggal di pinggir jalanan..
Aku yang tinggal di kolong jembatan..
Dan aku yang tinggal di atas Koran bekas..

Mereka yang tak mau menolong aku..
Mereka yang tak mau memintarkan aku..
Mereka yang membiarkan aku tetap di jalan..
Mereka yang merampas hak ku..

Tapi.. aku tetap bersyukur..
Tuhan selalu di samping ku..
Untuk mengajarkan ku..
Mengarkan ku arti hidup..

Aku para anak yang terlantar..

aku yang terlantar


Aku yang tak bisa..
Aku yang tak berdaya..
Melakukan apa yang mereka lakukan..
Melakukan apa yang mereka ingin kan..

Aku yang tersisih..
Aku yang terbuang..
Mereka yang tak mau melihatku..
Mereka yang tak mau memandangku..

Aku yang tak beruntung..
Aku yang tinggal di pinggir jalanan..
Aku yang tinggal di kolong jembatan..
Dan aku yang tinggal di atas Koran bekas..

Mereka yang tak mau menolong aku..
Mereka yang tak mau memintarkan aku..
Mereka yang membiarkan aku tetap di jalan..
Mereka yang merampas hak ku..

Tapi.. aku tetap bersyukur..
Tuhan selalu di samping ku..
Untuk mengajarkan ku..
Mengarkan ku arti hidup..

Aku para anak yang terlantar..

Potret Anak Jalanan



Betapa beratnya hidup dari seorang anak jalan, mereka tidak sekolah, tidur di kolong-kolong jembatan, mencari uang di jalanan, dan makan apa adanya. Di usia yang masih sangat dini, mereka (anak jalanan) berusaha mencari nafkah sendiri agar bisa tetap bertahan dari kerasnya kehidupan yang mereka hadapi ini.

  • Apakah anda tahu, saya harus bangun jam berapa ? supaya saya dapat kardus dan botol air mineral bekas yang banyak, biar tidak rebutan sama teman-teman.
  • Apakah anda tahu kalo saya dan adik-adik saya pernah tidak makan nasi selama 3 hari ?
  • Apakah anda tahu kalo adik-adik saya sampe sekarang tidak punya akte lahir ? katanya bikin akte lahir sekarang ini "murah"nya udah ngga ketulungan.
  • Apakah anda tahu kalo ayah saya pernah berantem sama petugas tramtib hanya karena ingin mempertahankan gerobaknya ?
  • Apakah anda tahu kami mainnya dimana ? benar kata Bang Iwan bahwa "tanah lapang hanya tinggal cerita, yang nampak mata hanya para pembual saja".
  

http://jodysmoove.blogspot.com/2009/09/potret-kehidupan-anak-jalanan.html

Peta Kediri